TASAUF (TASAWUF / TASHAWWUF) ISLAM:
TASAUF DAN TRAGEDI KECELAKAAN
SEJARAH
DI DALAM LINTASAN SEJARAH ISLAM.
Sintang (Borneo Barat / West van
Borneo).
Catatan
risalah (manuscripts) disusun oleh:
GUSTI SUMARMAN, SH.
(KERABAT
MUDA KESULTANAN SINTANG).
Hadits
Qudsi.
Yang
artinya, yaitu: “Tiada Aku menyatakan rahasia itu kepada seseorang
melainkan hanya kepada orang yang Aku ridhoi dari pada rasul-Ku”.
Hadits
Qudsi.
Yang
artinya, yaitu: “Bahwa Allah menunjuki dengan Nur Cahaya-Nya siapa-siapa saja
hambanya yang dikehendaki”.
Duhai
saudara-ku yang mukmin (Al qalbi mu’minu Arasyullah / Baitullah) silakan save manuscripts ini, sebelum aku hapus / delete manuscripts
ini dari Tanjungnagara blog.
Assalamu
‘alaikum, war. wab.
Alhamdulillah
dengan rasa syukur kehadirat Allah, SWT. dan dengan mengucapkan salam dan
shalawat kepada Nabi Muhammad, SAW. dan salam (selamat sejahtra) bagi para
Rasul:
As-salaamu ‘alaikum, war. Wab. yaa
Rasulullah, SAW. (3x).
Allaahumma shali ‘alaa sayyidinaa
Muhammadiw wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammadin. (3x).
Wasalaamun ‘alal mursaliin. (3x).
Allahhu Akbar - Allahhu Akbar - Allahhu
Akbar.
HADIAH
ATAU SEDEKAH AL-FATEHAH.
(Guna
untuk menghubungkan pertalian ruuh).
1.
Ilaa
hadhratin-nabiyyil-mushthafa shalallaahu ‘alaihi wa sallama wa aalihii wa
azwaajihii wa aulaadihii wa dzurriyyaatihii.
Saiun
lillahilahumul, AL- FAATIHAH:….
2.
Wa
ilaa hadhratin malaikatullah: JIBRAIL, AS; MIKAIL,AS; ISRAFIL,AS; IZRAIL,AS;
MUNKAR,AS; NAKIR,AS; RAKIB,AS; ATID,AS; RIDWAN,AS; MALIK,AS; WA 19 MALAIKAT
ZAMBANIAH; WA 8 MALAIKAT PENJAGA ARASY.
Saiun lillahilahumul, AL- FAATIHAH;…..
3.
Wa
ilaa hadhratin khushusan Sayyidina ABU BAKAR; UMAR; USMAN; ALI, ra. Saiun lillahilahumul, AL- FAATIHAH;…..
4.
Wa
ilaa hadhratin arwaahi Ambiyallah – Auliyallah, khushusan ruuhi: Syekh Haji Abdul Hamid Wali Allah Al-Banjarie (datuk Abulung); wa Husein Ibnu Manshur bin Muhammad Al Hallaj; wa Syek Abdul
Qadir Jailani ra; wa Umar bin
Muhammad bin Abdullah bin Muhammad Suhrawardi; wa Syekh Abu Yazid Al Busthami;
wa Ahmad Ibnu Harun Rasyid Assity; wa Muaz
Bin Asyrash; wa Abu
Abdullah Ad Daqqaq; wa Syeikh Abdullah At Tunisi; wa Syeikh Abu Saud Asy Syibli; wa Syeikh Sahal Bin Abdullah At Tusturi; wa Abul Abbas Al Khasyab;
wa Abu Zakariya Al Baha-i; wa Syeikh
Abi Su’ud Ibni Syabil; wa Zubair Bin Awwam; wa Umar Bin Al Khattab; wa
Abu Ubaidah Ibnul Jarrah; wa Syeikh Abu Madyan; wa Al Hasan
Ibnu Ali; wa Muawiyah Ibnu Yazid; wa
Umar Ibnu Abdul Aziz; wa Al Mutawakkil; wa Syekh Muhammad Arsyad Al – Banjarie; dll.
Saiun
lillahilahumul, AL- FAATIHAH;…..
5.
Wa
ilaa hadhratin khushusan Gusti Sumarman bin Gusti Sirajudin Jenal bin Ade Abu
Said.
Saiun
lillahilahumul, AL- FAATIHAH;…..
6.
Wa
ilaa hadhratin abii wa ummil, wa ilaa muslimina wal muslimat, wal mu’minina wal
mu’minat.
Saiun
lillahilahumul, AL- FAATIHAH;…..
KETERANGAN: Untuk ke dua orang
tua yang sudah tiada lagi di awali dengan lafazhnya RUUHI ABII atau RUUHI
UMMIL.
Dan untuk JAMA’ /
BANYAK di awali dengan lafazh ABAA INA WA UMMAHATINA.
“Musyahadah,
khalawat dan Dzikirullah sangat penting untuk terbukanya dinding hissi /
perasan dan terbukanya (hijab) rahasia-rahasia Allah Ta’ala. Untuk menolong
kekuatan ruh ialah dengan memperbanyak Dzikrullah. Karena Dzikrullah
menyuburkan ruh. Dengan memperbanyak Dzikrullah, ruh bertambah subur dan semakin
meningkat sehingga terjadilah syuhud. Dan dalam keadaan seperti inilah ruh
menerima segala pemberian yang bersifat rabaniyah (bersifat Ketuhanan) maupun
menerima segala ilmu pengetahuan yang bersifat laduniyah (ilmu hati yang datang
dari Allah) sehinga terbukalah kasyaf bagi ahli mujahadah terbukalah pintu
illahiyah”.
HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH
AL BANJARI / DATUK ABULUNG - KESULTANAN
BANJAR MARTAPURA.
(Asli keturunan dari bangsawan kerajaan Banjar,
Martapura).
PENGARUH HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH
/ DATUK ABULUNG DI DUNIA ISLAM:
Bahwa sekitar ± 223 tahun yang silam yaitu sekitar 12
Dzulhijjah 1203 H / 1788 M (2011 M-1788
M = 223 tahun) telah terjadi tragedi kecelakaan sejarah
dijatuhkan Vonis dan Eksekusi mati oleh Pemerintahan Kerajaan Banjar dimasa
berkuasanya Sultan Tahmidullah II kepada HAJI ABDUL HAMID
WALI ALLAH / DATUK ABULUNG sehubungan
dengan ajaran TASHAWWUF WAHDATUL WUJUD – NYA yang mengejutkan dan mengemparkan dunia Islam yang
pengaruhnya sangat besar ketika itu. Ia menyatakan bahwa Syari’at yang diajarkan pada masanya adalah kulit dan belum
sampai kepada haqiqat dan menyatakan statemen baru bahwa “TIADA YANG MAUJUD MELAINKAN HANYA DIA, TIADA AKU MELAINKAN
DIA, DIA-LAH AKU DAN AKU ADALAH DIA”.
Paham hulul ini yang sebelumnya sekitar
1088 tahun yang silam sudah pernah diutarakan oleh Husein Ibnu Manshur
bin Muhammad Al Hallaj (lahir: 244 H / 858 M s/d 923 M) yang dari lidahnya tergelincir (menzakhirkan) suatu
kata-kata kejutan yang tidak
dibenarkan oleh hukum (syara) hal mana
merupakan suatu bahaya musyahadah. AL-HALLAJ melafazh perkataan “TIDAK ADA YANG MAUJUD INI KECUALI UJUD ALLAH”. Musuh-musuhnya menambah keterangan yang memberatkan-nya
sehingga ia dianggab sesat dan bertahun-tahun di penjara kemudian divonis dan
dieksekusi mati. Mukanya berdarah, tangan dan kaki kanan-nya dipotong, sampai
ke empat anggota badannya diceraikan. Namun ia tenang, sabar, tidak mengeluh dan tidak mengadu sepatah katapun
dan tak ada sepatah katapun kesakitan yang keluar dari mulutnya. Kemudian kepalanya
ditundukan untuk persembahkan kepada
Tuhan, yang pada akhirnya dipisahkan dari badannya oleh ALGOJO KERAJAAN yang menjalankan vonis
hukuman eksekusi mati atasnya. Kemudian badannya dibakar dan abunya dilemparkan
kedalam sungai DAJLAH,
IRAK. Penyiksaan yang demikian dari satu pihak menimbulkan
penyesalan, dan dari lain pihak mengeluarkan cinta dan kasih sayang. Kemudian pengaruh paham-paham
AL-HALLAJ tersiar luas di dunia islam yang kemudian masuk kedalam kitab-kitab
shufi radiyullahuanhu. Dan tersiarlah kabar
bahwa AL-HALLAJ ialah seorang SUCI, seorang KERAMAT dan seoran WALI.
Jikalau
seorang hambalia yang sudah tahqiq benar-benar dalam maqam fana sempurna dan telah
berada dalam situasi masiawallah (dalam wujud Allah
semata-mata) sedangkan wujud lain tiada lagi, maka ia karam dalam lautan
ketiadaan yang tiada tinggal sekali-kali hambalia, dan berbekaspun tiada lagi
sebab mengenal sebenarnya diri. Dan
dia telah lenyab dari dirinya sama sekali. Dalam keadaan mana hanya dalam kebaqaan Dzatullah
semata-mata,
sepenuhnya memandang dalam Ujud Allah Semata-mata /
kehadiran
hati bersama Allah semata-mata (tiada wujud secara mutlak kecuali Allah)
dan seakan-akan tidak terlihat lagi baginya segala makhluk serta lenyapnya
segala yang lain / fananya segala sesuatu termasuk dirinya (tenggelam-lenyap
dalam lautan hidrat Ketuhanan Ke-Esa-an Dzatullah yang sempurna) karena yang
nampak terpandang ialah Hak Allah / Dzatullah yang Maha Suci (yang tinggal kekal
/ baqa hanya Dzatullah semata mata) kebenaran yang tertinggi yang mempunyai
sifat sempurna dan Maha Agung. Dialah yang Suci Awal - Suci Akhir – Suci Zakhir – Suci Bathin yang
meliputi sekalian alam ini adanya.
Ketika NAMPAK YANG QADIM maka LENYAPLAH YANG BAHARU yang ada hanyalah SATU WUJUD ialah “WUJUD ALLAH
SEMATA-MATA”, yang lain sudah tiada
mempunyai wujud lagi. Allah jualah yang meliputi sekalian alam ini adanya. Yang Esa hanya Allah semata-mata, yang maujud hanyalah
Allah semata-mata. Dzat Allah suci awal, suci akhir, suci zakhir dan suci
bathin. Diri ini tiada kuasa apa-apa, Diri ini tiada punya apa-apa, Diri ini tiada
daya apa-apa, Diri ini tiada ada, Diri ini hanyalah penzakhiran
wujud Allah semata-mata. ZAKHIRU RABBI WAL BATHINU ABSI - Zahir Tuhan pada
hamba-Nya, ilmu haqeqat. AL INSANA MAQAMAL
JAMI’A MIN ZANAN - Manusia itu tempat
perhimpunan dari kenyataan-Nya. AL MUTAHARATA SYAI’IN KASRUUHURI FIL
INSAN - Tiada nyata-KU pada sesuatu, seperti kenyataan-KU pada
manusia (Allah menyatakan dirinya lebih nyata pada manusia).
Dalam
KITAB
INSANUL KAMIL, berkata ABU HASAN ANNURY: “Jika aku berada pada Tuhanku, maka aku tiadalah pada
diriku. Dan jika aku berada pada diriku, maka tiadalah aku pada Tuhanku”.
Kehancurannya
perasaan / kesadaran atas tubuh kasar (AL-FANAUN NAFSI) ialah fana yang
dicari orang Sufi. Dalam KITAB ARRISALAH AL-QUSYAIRIAH, dikatakan: “Pana seseorang dari dirinya dan dari makhluk
lain, terjadi dengan hilangnya kesadaran tentang dirinya dan makhluk lain itu.
Sebenarnya dirinya tetap ada dan demikian pula makhluk lainnya ada, akan tetapi
tak sadar lagi pada mereka dan pada dirinya”.
AL
‘ARIFU RASSRIFU FI BACHRI LA ADAM - Orang
yang Arif itu karam dalam lautan ketiadaan. HAIZA QURA NAHU BIL QADDIMU LA BAI
QASSIRRU - Yang Muhammad itu apabila disertakan dengan Tadim yaitu Allah, maka
tiada tinggal sekali-kali Muhammad, berbekaspun tiada lagi sebab mengenal
sebenar-benarnya diri. AL- INSANNU SIRRI WA ANNA SIRRUHU - Insan itu Rahasia-Ku
dan Aku pun Rahasianya. SIRRI SIFATILLAH
RAAIRA DZATI - Rahasia-Ku itu Sifat-Ku dan Sifat itu tiada lain dari pada-Ku. WA FI ANFUSIKUM A FA LA TUBSIRUUN - Dan
(juga) pada (dalam) diri-mu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan
(melihat Aku). WA ANNAL MAUJUDU FATHABAINI TAJDIIN -
Dan Aku maujud di dalam dirimu. AL INSANA MAQAMAL
JAMI’A MIN ZANAN - Manusia itu tempat perhimpunan dari kenyataan-Nya. AL MUTAHARATA SYAI’IN KASRUUHURI FIL INSAN - Tiada nyata-KU
pada sesuatu, seperti kenyataan-KU pada manusia (Allah menyatakan dirinya lebih
nyata pada manusia). Inilah Rahasia Tuhan
seru sekalian alam yang ghaib kepada Insan itu. ANNA SIRRIL INSANA
SAKANAHU WAMA HAKAHU - Aku Rahasia manusia yang menggerakan-nya dan yang
mendiamkan-nya. Insan
itu sendiri ialah RAHASIA
ALLAH,
SIRR
ALLAH (ANNA SIRRULLAH) nama-Nya jua yaitu DZAT ALLAH TA’ALA. Dan dari pada Allah
jua nyata segala isi alam ini, dan Allah jua yang meliputi sekalian alam ini
adanya. LI ANNAL HAQQIKATUL LA MAUJUDUN ILLALLAH - Bahwa tiada yang mewujud
disegala haqiqat hanyalah Allah Ta’ala jua. Baqalah / kekalah Dzat Allah yang
mempunyai sifat sempurna dan Maha Agung. Panalah dalam kebaqaan Allah dan
lenyabnya dalam kehadiran Allah.
|
Kematian HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG yang berada ditangan ALGOJO KERAJAAN (KESULTANAN BANJAR) yang menjalankan
vonis hukuman eksekusi mati atasnya dengan
menggunakan senjatanya sendiri sebagaimana wasiat yang disampaikannya pada
Sultan Banjar, dan pada cucuran darahnya mengalir berdzikrullah membentuk
kalimah syahdat dengan tulisan kalimah tauhid LAA ILAAHA ILLALLAAH.
Pengarang-pengarang
pada masa sekarang ini mencari bahan-bahan pikiran yang ketinggalan dari SYEKH HAJI ABDUL
HAMID WALI ALLAH / DATUK AMBULUNG maupun dari HUSEIN IBNU MANSHUR
BIN MUHAMMAD AL HALLAJ (AL-HALLAJ). Namun para tokoh HULUL ini mereka sudah
lenyap dalam WIHDATUL
WUJUD, mereka sudah fana
kedalam baqa Tuhan-nya.
Adapun
yang empu-Nya itu, tajali pada diri kita.
LAA
ILAAHA ILLALLAH - Tiada yang maujud
hanya Allah Ta’ala. Allah itu Tuhan
dan tempatnya lebih nyata pada insan.
Adapun Muhammad itu ialah fi’il pada kita,
tetapi sesungguhnya semuanya itu
adalah fi’il Allah Ta’ala jua adanya. Yang dinamai sebenar-benarnya RAHASIA ALLAH ialah SIRR ALLAH (ANNA
SIRRULLAH) nama-Nya jua, yaitu ZAT ALLAH TA’ALA. Dan yang menerima
Rahasia Allah itu ialah INSAN KAMIL MUKAMIL (manusia sempurna). Untuk mengenal Tuhan tidak
diperbolehkan dengan cara berkhayal seperti yang dilakukan oleh orang-orang
kafir. Maka jangan mencari Tuhan di tempat
lain. Cari pada diri sendiri. Karena lebih nyata pada diri sendiri daripada
yang lain.
Yang
dikatakan ALLAH (nama Tuhan) itu apa ?
yaitu: HUWAL AWWALU WAL AKHIRU WAL ZAKHIRU WAL BATHIN, WA HUWA BI KULLI SYAI’IN
‘ALIM (Q.S. Al – Hadid, Ayat: 3) – Dia -lah yang Awal, yang Akhir yang Zakhir
dan yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Maknanya: Allah jua yang meliputi
sekalian alam ini adanya. LI ANNAL HAQQIKATUL LA MAUJUDUN ILLALLAH - Tiada
yang mewujud di segala haqiqat hanyalah Allah jua. Sifat wujud hanya dimiliki
oleh Allah SWT, yang lain tiada ada. Kita harus yakin adanya DZAT ALLAH TA’ALA. Dan dari pada Allah
jua nyatanya segala isi alam ini.
Hanyalah Tuhan: HU - ALLAH (DIA
ALLAH).
ASAL ILMU ITU DARI AL-QUR’AN
DAN HADITS JANGAN ENGKAU MENUNTUT SELAINNYA.
ASAL AGAMA ITU “AWALUDDIN MA’RIFATULLAH” AWAL AGAMA MENGENAL ALLAH.
ASAL MENGENAL ALLAH ITU YAITU “MENGENAL
DIRI DAN ASAL DIRI”.
MAN ARFA NAFSAHU FAQAD ARFA RABBAHU.
ARTINYA: BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA DIA
DAPAT MENGENAL TUHANNYA.
HUWAL
AWWALU WAL AKHIRU WAL ZAKHIRU WAL BATHIN, WA HUWA BI KULLI SYAI’IN ‘ALIM (Q.S.
Al – Hadid, Ayat: 3) - Dia-lah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zakhir dan Yang
Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Maknanya: Allah jua yang
meliputi sekalian alam ini adanya.
|
AL MUTAHARATA SYAI’IN KASRUUHURI FIL
INSAN (Hadits
Qudsi).
Artinya: Tiada nyata-KU pada sesuatu, seperti kenyataan-Ku
pada manusia. Allah menyatakan dirinya lebih nyata pada manusia.
AL
INSANA MAQAMAL JAMI’A MIN ZANAN (Hadits Qudsi).
Artinya: Manusia itu tempat perhimpunan dari
kenyataan-Nya.
AL- INSANNU SIRRI WA ANNA SIRRUHU (Hadits Qudsi).
Artinya: Insan itu Rahasia-Ku dan Aku pun
Rahasianya.
ANNA SIRRIL INSANA SAKANAHU WAMA
HAKAHU (Hadits
Qudsi).
Artinya: Aku Rahasia manusia yang menggerakan-nya dan yang
mendiamkan-nya.
LI
ANNAL HAQQIKATUL LA MAUJUDUN ILLALLAH (Hadits Qudsi).
Artinya: Bahwa tiada
yang mewujud disegala haqiqat hanyalah Allah Ta’ala jua.
ANA
MINALLAH WAL ALAMI MINNI (Sabda Nabi Muhammad, SAW).
Artinya: Aku daripada
Dzat Allah, dan alam sekalian daripada aku.
ZAHIRU
RABBI WAL BATHINU ABSI (Sabda Nabi Muhammad, SAW).
Artinya: Zahir Tuhan
pada hamba-Nya, ilmu Haqeqat / Bathin.
Maknanya: Inilah
Rahasia Tuhan (Rahasia Allah = Anna Sirrullah, yaitu Dzat Allah Ta’ala) seru
sekalian alam yang ghaib kepada Insan itu.
KHALAQA ADAMA KASHURATIHU.
Artinya: Allah ciptakan Adam seperti rupa-Nya.
Insan itu sendiri
ialah RAHASIA ALLAH, SIRR ALLAH
(ANNA SIRRULLAH) nama-Nya jua yaitu DZAT ALLAH TA’ALA.
AL – INSAN SYIRRI WA ANNA SYIRRUHU (Hadits Qudsi).
Artinya: Manusia itu Rahasia KU dan
AKU lah Rahasia-nya.
kalau begitu keterangan Allah SWT manusia itu benar-benar
kenyataan baginya, ujudnya Allah SWT.
ANNA BAATHINU ABDII FAHUWA RABBI (Hadits Qudsi).
Artinya: Allah Rahasia Hamba maka Rahasianya Hamba adalah
Allah.
AZHARU RABBI FAHUA ABDII (Hadits Qudsi).
Artinya: Nyatanya Allah maka nyatanya di dalam Hamba.
ANNAL MAUJUDU FATHABAINI TAJDIIN (Hadits Qudsi).
Artinya: Aku maujud didalam dirimu.
LA YAS ANIL ARDLI WALA SAMA’I
WALAKIN LA YAS ANIFI QALBI MU’MINIT TAQANNAQA (Hadits Qudsi).
Artinya: Tiada luas pada bumi KU dan langit KU, tapi luas
AKU pada hati hamba KU yang mu’min, yang takut lagi suci.
AL QALBI MU’MINU BAITULLAH (Sabda Nabi Muhammad,
SAW).
Artinya: Hati orang Mu’min itana / rumah Allah.
QALBI MU’MINU ARASYULLAH (Sabda Nabi Muhammad,
SAW).
Artinya: Hati orang mu’min itu Arasyullah.
AL
QALBU KAMISLI MIRUHU IZDATAN ZURUHU FIHI TAJALLA RABAHU (Sabda Nabi Muhammad,
saw).
Artinya: Hati itu
seperti kaca suci, apabila engkau lihat maka kelihatanlah Tuhan mu, padahal
tidak betapa.
LA YAS ANIL ARDLI WALA SAMA’I WALAKIN
LA YAS ANIFI QALBI MU’MINIT TAQANNAQA (Hadits Qudsi).
Artinya: Tiada luas pada bumi KU dan langit KU, tapi luas
AKU pada hati hamba KU yang mu’min, yang takut lagi suci.
INNALLAAHA LAYAN SURALI SURIKUM WALA
YAN SURALI A’MALAKUM WALAKUM YAN SURALI KULU WANIYA TUKUM (Hadits Qudsi).
Artinya: Bagaimanapun Allah tidak memandang pada rupa-mu dan
tiada melihat amal-mu,
tetapi melihat hati dan jiwa / niat kamu jua.
HADITS
QUDSI:
Yang artinya: Tiada
Aku menyatakan Rahasia itu kepada seseorang melainkan hanya kepada orang yang
Aku ridhoi dari pada Rasul-Ku.
SABDA
NABI MUHAMMAD SAW:
Yang artinya:
Sesungguhnya Allah tiada menilik rupa dan harta-mu, tetapi hati-mu lah yang
ditilik-Nya. [Hadist Riwayat: Bukhari-Muslim].
FIRMAN
ALLAH DALAM [ Q.S. AL- ISRAA, ayat: 72
].
WA MAN KAANA FII
HAAZIHII A’MAA FA HUWA FIL-AAKHIRATI A’MAA WA ADALLU SABIILAA.
Artinya: Dan barang
siapa buta (hati-nya) di dunia ini, maka di akhirat dia akan buta dan tersesat
jauh dari jalan (yang benar).
Maksudnya: Adapun
buta itu adalah sangat luas. Bukan buta Mata, tetapi buta Hati, tiada melihat
kenyataan Allah Ta’ala adanya.
INNALLAAHA LAYAN SURALI SURIKUM WALA
YAN SURALI A’MALAKUM WALAKUM YAN SURALI KULU WANIYA TUKUM (Sabda Nabi Muhammad, saw).
Artinya: Bagaimanapun Allah tidak memandang pada rupa-mu dan
tiada melihat amal-mu, tetapi melihat hati dan jiwa / niat kamu jua.
WAKULU
MAN BIRAIRI ILMIN YA’MALU AKMALUHU MARDUDATUN LATAK BALU (Hadits Qudsi).
Artinya: Setiap orang dengan tanpa ilmu dia beramal, maka
amal-amalnya ditolak, tidak diterima.
INNA AURAMA YANJURU MIN ‘AKMALIHIS
SHALAT PA’IN ZAJAT LAHU NUJIRA FISA IRI AKMALIHI WAINLAM TAJUD LAHU YANJURU FISAI IN MIN
AKMALIHI BAKDA (Hadist Riwayat: HAKIM).
Artinya: Sesungghnya yang mula-mula dilihat oleh Allah dari
amalan anak manusia adalah shalatnya. Apabila shalatnya sempurna diterimalah shalatnya
itu dengan amal-amalnya yang lain. Jika
shalatnya tidak sempurna,maka ditolaklah shalatnya itu dengan amal-amalnya yang
lain.
YAKTI ALANNASI ZAMANU YUSALLUUNA
WALA YUSALLUUN.
Artinya: Akan datang kepada manusia suatu zaman,banyak yang
shalat padahal sebenarnya mereka tidak shalat. (HR. AHMAD).
ANA SIRRIL INSANA SAKANAHU WAMA
HAKAHU (Hadits
Qudsi).
Artinya: Aku Rahasia manusia yang menggerakan-nya dan yang
mendiamkan-nya.
Kelakuan
/ af’al hambalia (Insan Kamil / Mukamil) ialah kelakuan / af’al (fi’il) Allah
Ta’ala semata. Hambalia menafikan kelakuan diri zakhir hambalia dengan
mengisbatkan diri bathin hambalia itu ialah kelakuan Dzat Allah semata.
Cara
menyatakan pandangan bathin (syuhud/ Musyahadah) anda yang benar: “Tiada ada yang
berbuat pada hakekatnya melainkan Allah, tiada yang hidup pada hakekatnya
melainkan Allah, dan tiada ada yang maujud pada hakekatnya melainkan Allah
(apapun juga yang terjadi di dalam alam ini pada hakekatnya perbuatan Allah
Ta’ala - Pelaku yang sebenarnya yaitu Allah Ta’ala / Fi’il yang Hakiki)”. Maka dengan demikian
seseorang itu termasuk dalam golongan ahli tauhid yang benar, suatu golongan
yang dijanjikan Allah dengan 2 sorga: sorga yang pertama adalah sorga
Marifatullah di dunia, dan sorga ke-dua adalah sorga akhirat yang sudah dikenal
berdasarkan dalil dan nas.
Engkau
pandang dengan mata kepala dan engkau Syuhud (pandang / tangkap) dengan Mata
Hati bahwa segala apa pun juga yang ada di dalam alam ini pada hakekatnya
kembali kepada sumber asalnya yakni Allah. Dalam arti hakiki: “Tidak ada yang maujud,
kecuali Allah”.
Segala
yang maujud pada hakekatnya hanyalah khayalan-hayalan kosong atau
sangkaan-sangkaan belaka jika dibandingkan dengan wujud Allah.
Syekh Abdul Wahab Sya’rani r.a bertanya kepada guru
beliau Syekh ‘Ali Al-Khawwash r.a.: “Apa sebenarnya tingkat Haqeqat ?”.
Gurunya menjawab: “tingkat haqeqat itu ialah hilangnya pada pandangan segala
yang jahir ini, bukan hilang dalam arti hilang bentuk dan rupa (nafsul amri),
yang terpandang itu hanya Allah semata-mata, yang memandang itu adalah Allah
jua. Maka tidak tahu ia apa yang ia harus katakan, tidak pula ia tahu apakah
perkataan yang telah dikatakannya, tidak pula ia terikat dengan kaedah-kaedah
syara’ sehingga mereka dituduh Zindiq oleh orang-orang Shiddiq”. Cara (Kapiyat)
pandangan bathin (syuhud/ Musyahadah) menyatakan tauhiduz zat itu ialah “pandang dengan mata
kepala dan mata hati bahwa tidak ada yang maujud di dunia ini melainkan hanya
Allah, fana segala zat apapun termasuk zat kita sendiri dibawah Zat Allah yang
berdiri dengan sendirinya”.
SYUHUDUL KATSRAH FIL WAHDA (Artinya: Pandanglah / saksikanlah
pada yang banyak itu, kepada yang satu). SYUHUDUL WAHDA FIL KATSRAH (Artinya: Pandanglah / saksikanlah pada yang satu itu, kepada
yang banyak).
LI
ANNAL HAQQIKATUL LA MAUJUDUN ILLALLAH (Hadits Qudsi).
Artinya: Bahwa tiada
yang mewujud disegala haqiqat hanyalah Allah Ta’ala jua.
Dan dari pada Allah
jua nyatanya segala isi alam ini.
KATA
SAYYIDINA ABUBAKAR:
MARA AITU SYAI’IN ILLA WARA ATTU
LAHA QABLAHU.
Artinya: Tiada
sesuatu yang ku lihat, kecuali Allah yang ku lihat terlebih dahulu.
KATA
SAYYIDINA UMAR:
MARA AITU SYAI’AN ILLA MARA ATTU
LAHU BA’DAHU.
Artinya: Tiada aku
lihat sesuatu kecuali Allah yang kulihat sebelumnya.
KATA
SAYYIDINA USMAN:
MARA AITU SYAI’AN ILLA WARA’AITU LAKU MA’AHU.
Artinya: Tiada aku lihat sesuatu kecuali ku
lihat Allah sertanya.
KATA
SAYYIDINA ALI:
MARA AITU SYAI’AN ILLA WARA’AITU LAHA FIHI.
Artinya: Tiada aku
lihat sesuatu kecuali aku lihat Allah didalamnya.
ANNA SIRRIL INSANA SAKANAHU WAMA
HAKAHU (Hadits
Qudsi).
Artinya: Aku Rahasia manusia yang menggerakan-nya dan yang
mendiamkan-nya.
SYEKH ABDUL QADIR JAELANI. Q.S :
KULLU HAQIQATIN LA TU’ AYYIDUHAS-SYARI’ATU FAHIYA
ZINDIQATUN.
Artinya: Tiap-tiap Hakekat
yang tidak dikuatkan dengan Syareat adalah Kufur Zindiq.
AS- SYARI’ATU BILA HAQIQATIN ‘ATHILATUN:
Artinya: SYARE’AT
TANPA HAQIQAT adalah SIA-SIA
(HAMPA) dan HAQIQAT TANPA
SYARE’AT adalah SALAH ARAH
/ BATHIL. (Batil artinya: Kesalahan, kejahatan, kemungkaran dan
sebagainya).
AL- QUTHUBU-RABBANNIY MAULANA SYEKH ABDUL QADIR JAELANI q.s. BERKATA:
KULLU HAQIQATIN LA TU’ AYYIDUHAS - SYARI’ATU FAHIYA
ZINDIQATUN.
Artinya: Tiap-tiap Hakekat yang tidak dikuatkan dengan
Syareat adalah Kufur Zindiq.
SABDA
NABI MUHAMMAD, S.A.W. YANG ARTINYA:
Yang artinya: Jangan
engkau katakan ilmu hikmah itu kepada bukan ahlinya, maka zalim engkau. Dan
jangan engkau cegah kepada ahlinya. Maka zalim engkau akan mereka itu.
SABDA
NABI MUHAMMAD, S.A.W:
MA HADASTA AHADUN
QAUMAN BI HADISTIN LA YABLUGHUHU UQULUHUM ILLA KANA FITNATAN LAHUM.
Artinya: Adapun yang
dibicarakan seseorang kepada suatu kaum, dengan pembicaraan yang tingkat
kecerdasan mereka tidak mampu untuk memahaminya, hanya akan menimbulkan fitnah
terhadap mereka.
BERKATA
SAHL AT-TUSTURY [ABDULLAH AT- TUSTURY] R.A:
LA TATHLA‘L AHDASTA
‘ALAL ASRARI QABLA TAMKI NIHIM.
Artinya: Jangan kamu
angkat bicara tentang rahasia-rahasia ke-Tuhanan, sebelum mereka / pendengar
itu tetap pendirian mereka.
BERKATA
ABU HURAIRAH R.A.
Tentang hadis Rasulullah, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari r.a.:
Hafizhtu min
Rasulillahi S.A.W. wi’a ‘aini minal ilmi faamma ahaduhuma fabayantuhu, wal
akharu lau bayyantuhu laquthi ‘alil hulqumu.
Artinya: Aku
menghafalkan dua macam ilmu dari Rasulullah s.a.w. Adapun satu diantaranya
kuterangkan, tetapi yang satu macam lagi kalau kuterangkan akan dipotong orang
leherku.
SAYYIDINA
‘ALI BIN ABI THALIB K.W. BERKATA:
Ya rabbi, jauharu
‘ilmi lau abuhu bihi, laqila li antamimman ya’budul wastna walastahalla rijalun
muslimuna dami yarauna aqbaha ma ya’ tunahu husna.
Artinya: Ya Tuhanku,
andai kata kutunjukan permata ilmu-ku, di katakan orang aku termasuk
orang-orang penyembah berhala. Laki-laki muslim menghalalkan darah-ku, mereka
menyangka apa yang kutunjukan itu adalah yang paling jelek, dan apa yang mereka
perbuat itu adalah yang paling baik.
Adapun AMANAH / RAHASIA ALLAH (lihat: Q.S. Al- Ahzab, ayat: 72) itu
telah diterima manusia, maka adalah menjadi tanggung jawab manusia untuk
menunaikan janjinya. Tugas manusia
adalah menjaga hubungannya dengan yang punya Rahasia. Dan menegembalikan (menyampaikan) Amanat kepada yang berhak
menerimanya, yakni Allah Ta’ala.
Setelah AMANAH / RAHASIA
ALLAH (lihat: Q.S. Al- Ahzab, ayat: 72) diterima
oleh manusia untuk tujan inilah maka Adam diciptakan dan memperbanyak diri.
Ya’ni diri penanggung Rahasia dan berkembang dari satu Jaman ke Jaman
berikutnya, dari satu generasi ke generasi yang berikutnya sampai alam ini
mengalami KIAMAT dan RAHASIA DI
KUMPUL KEMBALI.
Manusia
akan BERGUNA / MULIA DI SISI ALLAH
jika Ia dapat MENJAGA AMANAH RAHASIA ALLAH (lihat: Q.S. Al- Ahzab, ayat: 72), dan berusaha MENGENAL
DIRI DAN ASAL DIRI. MAN ARFA NAFSAHU
FAQAD ARFA RABBAHU - Barang siapa
mengenal dirinya, dia dapat mengenal Tuhan-nya (Hadits Qudsi). Jikalau manusia dapat mengenal diri dan asal diri, maka
dengan itu pulalah ia dapat mengenal Tuhan-nya.
Pahamkan
baik-baik jangan syak wasangka, dan jangan cari Tuhan itu di tempat lain,
kecuali pada diri kita sendiri. Dan
ilmu ini seperti pada keadaan wujud dan tetap nyata. Tuhan itu pada diri kita sendiri terlebih nyata dari yang lain. Tiada nyata Allah pada suatu
melainkan dengan manusia. Karena Insan itu
sendiri ialah RAHASIA ALLAH, SIFAT ALLAH, ASMA’ ALLAH dan AF’AL
ALLAH. Dan yang bernama RAHASIA ALLAH itu ialah SIRR ALLAH jua yaitu DZAT ALLAH TA’ALA.
SIRR
akan dapat menerima PANTULAN CAHAYA TUHAN apabila QALBU dan ROH benar-benar
SUCI, kosong dan tidak berisi suatu apapun. Di dalam SIRR itu ialah tempat
tajalli AKU (ALLAH) dan tempat AKU (ALLAH) menaruh RAHASIA (DZAT ALLAH), dan tempat mengenal akan AKU (ALLAH).
Allah
Ta’ala Dzat Yang Maha Bijaksana berkali-kali mendesak menyuruh kita (manusia)
supaya melihat ke-dalam diri kita (manusia) sendiri. AL
MUTAHARATA SYAI’IN KASRUUHURI FIL INSAN (hadis
Qudsi) - Tiada nyata-KU pada sesuatu, seperti kenyataan-KU pada manusia
(Allah menyatakan diri-Nya lebih nyata pada manusia). WA
FII ANFUSIKUM AFA LAA TUBSHIRUUN (AL-QUR’AN, S. AL- ZARIYAT: 21) - Dan (juga) pada
(dalam) diri-mu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan (melihat Aku). WA
HUWA MA’AKUM AINA MA KUNTUM
(AL-QUR’AN. S. AL- HADID, Ayat 4) - Dan Dia (Allah) bersama kamu, dimana
saja
kamu berada. Demikian juga firman Allah kepada Nabi Musa, As. di dalam
Al’quran: ANA AQRABU ‘ALAIKA MAN BAYADHI ‘AI NAIKA ILA SUDIHA -
Hai Musa, AKU terlebih hampir- Hampir kepada kamu, dari pada hampir-nya
mata hitam
dan mata putih kamu. WA LILLAHIL-MASYRIQU WAL-MAGRIBU FA AINAMA TUWALLU
FATSAMMA
WAJHULLAAH, INNALLAAHA WAASI ’ALIIM (AL-QUR’AN. S. AL-BAQARAH, AYAT 115)
-
Kepunyaan Allah-lah Barat dan Timur,
maka kemanapun kamu menghadap disitulah Wajah Allah. Sesungguhnya Allah
Maha
Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. SAYYIDINA ABU BAKAR,r.a. ketika
ditanya: Dengan apa engkau melihat Tuhan ?. Beliau menjawab: Dengan sesuatu
yang telah Allah perlihatkan sendiri pada-ku.
ALLAZINA
YUFUNA BI’AHDILLAHI WALA YAN QUDUNAL MISAQ (AL-QUR’AN,
S. AR- RADU: 20) - (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji. INNALLAHA YA’
MURUKUM AN TU’ADDUL- AMANATI ILA AHLIHA (AL-QUR’AN, S. AN-NISA, AYAT: 58) - Sesungguh, Allah
menyuruh-mu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya (Allah). INNAHII
KANA ZALUMAN JAHULA (AL- QUR’AN, S. AL- AHZAB: 72) - Sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan amat bodoh. Dan tidak mau
melihat kenyataan Allah.
Dan
karena firman Allah dalam surat
Al- Ahzab 72 inilah kita mengucapkan :
“ASYAHADUALLA
ILAAHA ILLALLAH WA ASYAHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH”.
Artinya: Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Maknanya: Kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang
nyata pada diri kita sendiri hanya Allah Semata-mata dengan tubuh Zakhir kita
sebagai tempat menanggung rahasia Allah dan akan menjaganya buat selama-lamanya.
FIRMAN
ALLAH DALAM (Q.S. AL- ISRAA, ayat: 72).
WA MAN KAANA FII
HAAZIHII A’MAA FA HUWA FIL-AAKHIRATI A’MAA WA ADALLU SABIILAA.
Artinya: Dan barang
siapa buta (hati-nya) di dunia ini, maka di akhirat dia akan buta dan tersesat
jauh dari jalan (yang benar).
FIRMAN
ALLAH DALAM (Q.S. AL- HAJJ, ayat: 46 ):
Artinya: Sebenar-nya
bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.
|
Jika
kita ini masih AWAM dalam lapangan ilmu
Tashawwuf (ilmu Bathin / ilmu Haqiqat) mau tidak mau kita mempelajari
pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh mereka yang punya keahlian dalam bidang
ilmu tersebut, yaitu AHLUL TASHAWWUF golongan ARIF BILLAH. Dan kita tahu pula
bahwa pembicaraan mereka dibidang ilmu itu berdasarkan dalil-dalil yang
terdapat pada AL-QUR’AN dan HADITS RASULULLAH,
SAW.
Hadits
yang diriwayatkan dari ABI HURAIRAH r.a. ia berkata:
Yang artinya: Pada
saat Rasulullah SAW berada di tengah kelompok orang ramai tiba-tiba MALAIKAT
JIBRIL datang lantas bertanya. Kemudian laki-laki itu (MALAIKAT JIBRIL)
bertanya lagi “APAKAH IHSAN ITU ?”. Rasulullah menjawab, IHSAN
ialah keadaan engkau menyembah Tuhan, seakan-akan engkau melihatnya, sekiranya
engkau tidak melihatnya, maka Allah melihat engkau. [HR. Bukhari].
|
||
|
HADITS
YANG DIRIWAYATKAN DARI SAYYIDINA ALI
KARRAMAHULLAHU WAJHUHU:
Yang Artinya: Dan
dari Sayyidina Ali Karramahullahu Wajhuhu, beliau berkata: Aku katakan. Ya
Rasulullah, manakah jalan / Tarekat yang sedekat-dekatnya kepada Allah dan
semudah mudahnya atas hamba Allah dan semulia-mulianya di sisi Allah ?.
Maka Sabda
Rasulullah, Ya Ali. Penting atas kamu berkekalan / senantiasa berzikir kepada
Allah.
Maka berkatalah
Sayyidina Ali, tiap orang berjikir kepada Allah. Maka Rasulullah bersabda: Ya
Ali, tidak akan terjadi kiamat sehingga tiada tingal lagi di atas
permukaan bumi ini, orang yang
mengucapkan ALLAH,
ALLAH.
Maka sahut Ali kepada
Rasulullah, bagaimana cara aku berzikir Ya Rasulullah ?
Maka Rasulullah bersabda: Coba pejamkan ke dua
mata-mu
dan dengarlah dari saya ucapan 3 kali. Kemudian ucapkanlah Ali seperti itu dan aku
akan dengarkan. Maka Rasulullah sejenak mengucapkan “LAA ILAAHA ILLALLAH” tiga kali sedang kedua matanya
tertutup. Kemudian Ali pun mengucapkan:
“LAA
ILAAHA ILLALLAH”
seperti demikian.
SABDA
RASULULLAH, SAW:
Yang artinya:
Semulia-mulia apa yang selalu aku ucapkan dan yang selalu juga diucapkan oleh
Nabi-Nabi sebelum Aku, ialah: “LAA ILAAHA ILLALLAH”
KALIMAH: LA
ILAHA ILLALLAH MUHAMMADAR - RASULULLAH.
1.
Disaat Allah Ta’ala menciptakan Nabi
Adam ketika itu terlihat dan terbaca oleh Adam kalimah tersebut tertulis di
Tiang Arasy.
2.
Tatkala
rahasia 9 bulan didalam rahim Ibunya LAA ILAAHA ILLALLAAH pujian-Nya.
3.
Diucapkan ketika seseorang masuk
kedalam Islam keseluruhanya.
4.
Diucapkan oleh setiap Insan ketika
menghadapi Sakaratul Maut.
5.
Diucapkan oleh setiap Insan di Alam
Kubur sebanyak 3x ketika ditanya oleh Malaikat Nunkar dan Nankir.
6.
Kunci sebagai pembuka pintu surga.
FIRMAN
ALLAH:
Yang artinya: Bahwa
Allah menunjuki dengan Nur Cahaya-Nya siapa-siapa saja hambanya yang
dikehendaki.
Catatan
risalah (manuscripts) ini menyatakan kesudahan ilmu orang taqiq tiada
lagi diperoleh yang lebih dari pada ini, sekalipun Ambiya - Aulia. Fikirkan
oleh-mu dan hendaklah engkau tanyakan kepada ahlinya (Guru yang Mursyid =
Seorang guru pembimbing dalam ilmu Syare’at, ilmu Thariqat, ilmu Haqiqat dan
Ma’rifat yang
dicerdikan oleh Allah dengan izin Allah dan ridho-Nya yakni Dia Mursyid yang
Kamil lagi Mukamil / sempurna lagi menyempurnakan karena karunia Allah) dan mengerti. Dikatakan
ahlinya ialah orang-orang yang memiliki kecerdasan dan intelejensia untuk dapat
memahami permasalahan-nya dan ada
keghairahan untuk mendalami masalah kebatinan akan yang boleh menguraikan-nya
perkataan yang singkat ini yang terlebih besar kaedah-nya dari pada dunia serta
isi-nya akan jalan ini, dan terlalu keras dari pada batu, dan terlalu tajam
dari pada pedang. LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA
BILLAAHIL ‘ALIYYIL ‘AZHIIM - Tidak ada daya
dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi
Maha Agung. Manuscripts
ini jalan segala Ambiya - Auliya, Inilah ilmu syuhud ilmu sufi radiyullahuanhu.
Untuk
sampai kepada Allah bukan suatu keharusan dengan perantara guru (mursyid)
sebagai umumnya disangka oleh sementara kalangan Sufi. Melalui guru (Mursyid)
dalam hal menuntut Ilmu Tasawuf itu hanyalah sekedar kebiasaan. Guru (mursyid)
bukanlah seorang yang pasti bisa mengantar muridnya untuk sampai kepada Allah. “ SAMA SEKALI TIDAK ”.
Seorang
guru (mursyid) pembimbing dalam ilmu Syare’at, ilmu Thariqat, ilmu Haqiqat dan
Ma’rifat yang dicerdikan oleh Allah dengan izin-Nya dan ridho-Ny, mursyid yang
Kamil lagi Mukamil / sempurna lagi menyempurnakan yang mendapat Karunia Allah, dikalangan ilmu Tasawuf hanyalah sekedar
menunjukan jalan dalam bentuk isyarat,
gambaran, pengertian dan pemahaman semata-mata.
Namun
semua itu adalah TERGANTUNG
SELURUHNYA PADA KEHENDAK ALLAH TA’ALA SENDIRI. Apalagi bila sampai kepada pengertian hakiki
tentang MA’RIFAT ialah ALLAH SENDIRI YANG MEMPERKENALKAN DIRI. Makrifat adalah
“Kasyaf” yang maksudnya, terbuka baginya hakekat segala sesuatu ini, fana
dirinya, kemudian fanalah fana itu sendiri, artinya BUKAN DIRI-NYA
SENDIRI YANG MEMPANAKAN TETAPI ALLAH-LAH YANG MEMFANAKAN-NYA.
Allah
sampaikan seseorang hambanya kepada-Nya, atas kehendak-Nya sendiri dengan
beberapa macam tarikan (Jadzabaat). Sebagian dari cara-cara tarikan Tuhan untuk
menyampaikan seseorang hamba kepada-Nya antara lain adalah dengan cara
memperbanyak membaca “SHALAWAT” di waktu siang dan malam.
Meskipun
dalam tingkat keilmuan, ilmu Ma’rifat adalah termasuk dalam katagori “ILMU
TINGKAT TINGGI”, namun tidaklah berarti meniadakan maupun menggugurkan
syare’at / hukum yang berlaku. Ilmu Syariat, Ilmu Thoriqat, Ilmu Hakikat
bersatu dalam Ilmu Ma’rifat. Apabila salah satunya digugurkan, maka bukanlah
Ma’rifat yang benar.
AL- QUTHUBUR – RABBANIY MAULANA
SYEKH ABDUL QADIR JAELANI q.s. BERKATA:
KULLU HAQIQATIN LA TU’ AYYIDUHAS-SYARI’ATU FAHIYA
ZINDIQATUN.
Artinya: Tiap-tiap Hakekat yang tidak dikuatkan dengan
Syareat adalah Kufur Zindiq.
IMAM MALIK, r.a seperti yang dicatat di dalam buku Ali al-Adawi dari
keterangan Imam Abil Hasan, ulama fiqh.
Barangsiapa mempelajari Tashawwuf
(Ilmu Haqeqat / Ilmu Bathin) tanpa Fiqh (Ilmu Syare’at) maka dia telah zindik,
dan barangsiapa mempelajari fiqh tanpa Tashawwuf dia tersesat, dan siapa yang
mempelari Tashawwuf dan Fiqh dia meraih kebenaran.
Syareat, Thariqat, Hakikat dan
Ma’rifat merupakan satu - kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Gugur salah satunya berarti gugur pula
keseluruhannya. Seperti yang di isyaratkan oleh para Ulama:
AS-SYARI’ATU BILA HAQIQATIN
‘ATHILATUN.
Artinya: Syareat tanpa hakekat adalah sia-sia dan Hakekat
tanpa Syareat adalah salah arah.
|
Kisah
HAJI
ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG (sekitar 223 tahun yang silam) dan atau AL-HALLAJ (sekitar 1088 tahun
yang silam)
dengan TUHANNYA adalah “kisah yang
nyata terjadi di masa umat yang lalu, sebuah kisah yang jarang terdapat contoh
teladannya karena mengandung
peperangan antara hati dan ketakutan, antara mata dan air mata yang berlinang-linang. Orang dapat mempelajari apa yang sukar dipahami, yaitu: “BAHWA CINTA TIDAK
MENGENAL MAIN-MAIN DAN OLOK-OLOK” dan mempersamakan - nya
dengan NABI
ISA, As
(ISA AL-MASIH)
dalam TA’AYIN-NYA
DZATULLAH dan SIFAT ALLAH (DR. Zaki Mubarak membela AL-HALLAJ dalam Kitabnya
AT-Tasawwuf Al Islam, Mesir 1938).
Demikian
jua yang lain banyak membela AL-HALLAJ diantaranya:
IBNU SURAIJ mengatakan AL-HALLAJ hafal AL-QUR’AN, seorang alim
tentang ilmu Al-Qur’an, mahir dalam ilmu FIQH, Ahli HADITS, sejarah Agama dan
SUNAH NABI;
QUSYAIRI memuji-muji
Al-Hallaj dalam risalahnya sebagai seorang shufi terbesar;
IMAM GHOZALI.
Pada abad XII M, SUHRAWARDI (nama lengkap-nya:
UMAR BIN
MUHAMMAD BIN ABDULLAH BIN MUHAMMAD SUHRAWARDI), yang dimasukan ke-dalam golongan WALI ALLAH, Ia se-orang SHUFI juga AHLI FIQH yang terkemuka dalam MADZHAB SYAFI’I yang terkenal di IRAK – PERSIA sampai abat XVII,
yang memainkan peranan penting dalam faham Tahsawwuf. Tatkala SUHRAWARDI ditanya orang untuk
memilih, manakah yang cocok menurut keyakinan-nya Tashawwuf menurut AL- HALAJ atau Tashawwuf menurut AL-
FARABI, dengan lain perkataan apakah
Suhrawardi akan memilih filsafat ITTISAL atau teori AHLI HULUL ITTIHAD ?. SUHRAWARDI berkata: bahwa bagi-nya ITTISAL dan ITTIHAD
kedua-duanya DAPAT
DITERIMA.
Hanya sebagai pendekatan waktu
masa hidup se-jaman dengan SYEKH HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG saja.
Yang kononnya menurut penelitian H.A. Rasyidah
disebut Syekh Haji Abdul Al-Hamid pernah menjabat posisi strategis di
Kesultanan Banjar tepatnya sebagai MUFTI. [Rasyidah:
1990].
Bahwa SYEKH MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI umurnya 102 tahun (lahir: di Lok Gabang 17 Maret 1710 M /
15 Shafar 1122 H, dan wafat: di Dalam Pagar 3 Okt 1812 M / 6 Syawwal 1227 H),
ialah yang menjabat sebagai MUFTI di
Kesultanan Banjar di saat SYEKH
HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK
ABULUNG dijatuhkan vonis dan eksekusi mati
ketika itu.
1.
Pangeran Samudra / Sultan Suriansyah [1526-1545].
2.
Sultan Rahmatullah Bin Sultan Suriansyah
[1545-1570].
3.
Sultan Hidayatullah I Bin Sultan Rahmatullah
[1570-1595].
4.
Sultan Musta’in Billah /
Penembahan Marhum / Pangeran Kacil / Gusti Kacil Bin Sultan Hidayatullah I
[1595-1620].
Tahun 1612 M beliau memindahkan
Keraton ke Kayu Tangi Martapura, karena keraton di Kuwin hancur diserang
Belanda.
5.
Ratu Agung / Sultan Inayatullah Bin Sultan Musta’in
Billah [1620-1637].
6.
Ratu Anum / Sultan Saidullah Bin Sultan Inayatullah
[1637-1642].
7.
Pangeran Adipati Halid / Pangeran Tapesana/
Tahalidullah/ Rakyatullah/ Bin Sultan Musta’in Billah [1642-1660].
8.
Sultan Amirullah Bagus Kasuma/ Sultan Tahlilullah/ Suria Angsa Bin Sultan
Saidullah [1660-1663].
9.
Pangeran Adipati Anum / Sultan Agung/ Pangeran
Suryanata II Bin Sultan Inayatullah [1663-1679]. Beliau memindahkan keraton ke Banjarmasin.
10.
Sultan Tahmidullah I [1679-1700].
11.
Sultan Hamidullah/ Sultan Kuning Bin Sultan Amrullah [1700-1734].
12.
Pangeran Tamjidullah I Bin Sultan Amirullah Bagus
Kasuma [1734-1759]. Beliau Naik Tahta
mengantikan Pangeran Muhammad Amirullah, anak Sultan Kuning yang belum dewasa.
13.
Sultan Muhammadillah / Sultan Muhammad Aminullah
Bin Sultan Kuning [1759-1761]*, Wafat: 6 Januari 1761.
14.
Sultan Tahmidullah II / Pangeran Nata Dilaga Bin
Sultan Tamjidullah [1761-1801]*,
Keterangan:
Sekitar pada 12 Dzulhijjah 1203 H/ 1788 M Haji Abdul Hamid Wali Allah/
Datuk Abulung dijatuhi hukuman mati di Martapura.
15.
Sultan Sulaiman Al-Mutamidullah / Sultan Sulaiman
Saidullah II Bin Sultan Tahmidullah II [1801-1825]*. Mengundurkan diri.
16.
Sultan Adam Al- Wasik Billah Bin Sultan Sulaiman
Al-Mutamidullah [1825-1857]*. Wafat: 1 November 1857.
17.
Pangeran Tamjidullah / Sultan Tamjidullah II Bin
Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman Bin Sultan Adam Al- Wasik Billah [3 Nov
1857-April 1859]*, Anak dari Selir.
18.
Pangeran Antasari / Panembahan Amir Oedin
Khalifatul Mu’mina Bin Pangeran Mashud Bin Sultan Amir Bin Sultan Muhammad
Aliuddin Aminullah [1859-1862]*.
19.
Sultan Muhammad Seman Bin Pangeran Antasari
Khalifatul Mu’mina [1862-1905]*.
Keterangan: Jika ada kekeliruan nama-nama dan tahun
berkuasapara sultan / panembahan tersebut diatas mohon disesuaikan dengan data
otentik bukti-bukti dan fakta-fakta sejarah yang terdapat di kesultanan banjar.
Dokumen: Silsilah
keluarga Gusti Hadijah, Haji Abdul Hamid Wali Allah / Datuk
Abulung, Dipati Jaya Negara.
TIGA BERSAUDARA:
1.
GUSTI HADIJAH (Juriat keturunannya di Banjar Kal-Sel, dll).
2.
HAJI ABDUL
HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG.
3. DIPATI JAYA NEGARA KESULTANAN BANJAR.
Keterangan:
Usia dokumen Silsilah Keluarga tersebut diatas sudah berusia sekitar ± 148 (seratus
empat puluh delapan) tahun.
Dokumen Silsilah Keluarga
tersebut diatas, saat ini berada pada Diri Penyusun catatan
risalah (manuscripts) ini.
Salah satu dari lembaran halaman
catatan Silsillah Keluarga tersebut memuat nama- nama diantaranya, yaitu:
PANGERAN KACIL.
NAMA LAIN DARI PANGERAN KACIL, YAITU:
Sultan Musta’in Billah / Penembahan Marhum / Pangeran Kacil
/ Gusti Kacil Bin Sultan Hidayatullah I.
GUSTI DAYANG JULAK (Pangilan untuk anak perempunan yang tertua) beranakan 3
orang putra-putri, yaitu:
1.
GUSTI HADIJAH.
2.
HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH/ Datuk
Abulung.
3.
DIPATI JAYA NEGARA.
DIPATI JAYA NEGARA beranakan 4 orang putra, antara lain:
1.
TEMENGGUNG MARTA NEGARA.
2.
PATIH JAYA NEGARA.
3.
ANDIN MUHAMMAD TUDIN.
4.
ANDIN MUHAMMAD.
Dan lain-lainnya.
HAL YANG PERLU DITELITI DENGAN
KAJIAN SEJARAH, YAITU:
- Jika melihat dan atau merujuk kepada silsilah keluarga tersebut dengan penelusuran nama-nama Sultan yang memerintah di Kesultanan Bantar / Kayu Tangi, maka atas dasar itu saya simpulkan bahwa Syekh Haji Abdul Hamid Wali Allah / Datuk Abulung terlahir dari garis keturunan Sultan Musta’in Billah / Penembahan Marhum / Pangeran Kacil / Gusti Kacil Bin Sultan Hidayatullah I (1595-1620). Yang mana pada tahun 1612 M beliau (Pangeran Kecil) memindahkan Keraton ke Kayu Tangi Martapura, karena keraton di Kuwin hancur diserang Belanda.
Jadi Syekh Haji Abdul Hamid Wali Allah
/ Datuk Abulung ialah Memang Asli Putra Banjar, Martapura, Kalimantan
Selatan.
[Kebenaran sejarah ini tentu harus dilakukan dengan
adanya kesadaran sejarah untuk melakukan Penelusuran bukti-bukti dan fakta
sejarah yang se-zaman ketika itu].
- GUSTI DAYANG JULAK adalah pangilan untuk anak perempunan yang tertua. Beliau adalah ibu dari: 1.Gusti Hadijah; 2.Haji Abdul Hamid Wali Allah / Datuk Abulung; dan 3.Dipati Jaya Negara.
Perlu ditelusuri siapakah nama
Asli atau nama lain dari Gusti
Dayang Julak ?
[Kebenaran sejarah ini tentu harus dilakukan dengan
adanya kesadaran sejarah untuk melakukan Penelusuran bukti-bukti dan fakta
sejarah yang se-zaman].
- Apakah Raden Jaya Negara adalah nama lain dari pada DIPATI JAYA NEGARA dan atau kedua nama tersebut adalah nama dari “Satu orang / orang-nya satu jua ?
Keterangan:
Mengingat kedua nama tersebut
diatas hidup di jaman yang sama.
Penembahan Kasuma Dilaga [Versi:
Wikipedia: 1717-1730] [?]. Iparnya yang bernama Raden Jaya Negara dilantik
untuk menjadi PENGUASA DAERAH NAGARA.
[Kebenaran sejarah ini tentu harus dilakukan dengan
adanya kesadaran sejarah untuk melakukan Penelusuran bukti-bukti dan fakta
sejarah yang se-zaman yang ada di kesultanan Banjar/ Kayu Tangi ketika itu].
Hal yang perlu diperhatikan bahwa
Dua orang anak dari Dipati Jaya Negara yaitu TEMENGGUNG MARTA NEGARA dan PATIH JAYA NEGARA menjadi orang penting / petinggi
kerajaan di Kesultanan Banjar / Kayu Tangi ketika itu [lihat silsilah keluarga
tersebut].
- Dengan Munculnya Nama DIPATI JAYA NEGARA dan nama kedua anaknya yaitu TEMENGGUNG MARTA NEGARA dan PATIH JAYA NEGARA, maka hal ini akan memudahkan sebagian masyarakat banjar untuk menelusuri Riwayat HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG.
- Jika Kita melihat pranan adik kandung dari HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG, yang bernama yaitu: DIPATI JAYA NEGARA berserta kedua anaknya tersebut di Kesultanan Banjar / Kayu Tangi, maka dapat dipastikan bahwa beliau (Haji Abdul Hamid Wali Allah / Datuk Abulung) pernah menjabat jabatan penting di Kesultanan Banjar dan mempunyai pengaruh yang besar di dunia Islam dan perpolitikan Kesultanan Banjar / Kayu Tangi ketika itu.
[Kebenaran sejarah ini tentu harus dilakukan dengan
adanya kesadaran sejarah untuk melakukan Penelusuran yang didukung dengan
bukti-bukti dan fakta sejarah yang se-zaman yang ada di kesultanan Banjar /
Kayu Tangi ketika itu].
Alhamdulillah
dengan rasa syukur kehadirat Allah, SWT. dan dengan mengucapkan salam dan
shalawat kepada Nabi Muhammad, SAW. dan salam (selamat sejahtera) bagi para
Rasul:
As-salaamu ‘alaikum yaa Rasulullah,
SAW. (3x).
Allaahumma shali ‘alaa sayyidinaa
Muhammadiw wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammadin. (3x).
Wasalaamun ‘alal mursaliin. (3x).
ALLAAHU
AKBAR - ALLAAHU AKBAR - ALLAAHU AKBAR.
Demi
kebesaran-MU “YA ALLAH DZAT LIDZ-DZATUL BUHTI” dan kebenaran RASUL-
MU MUHAMMAD, SAW - SIRR ALLAH (ANNA SIRRULLAH) jadikanlah catatan risalah
(manuscripts) yang singkat ini menjadi
suatu karya yang mendapat limpahan karunia-Mu, rahmad-Mu, ridha-Mu dan bernilai
disisi-MU.
Manusia
akan BERGUNA / MULIA DI SISI ALLAH jika Ia dapat MENJAGA AMANAH
RAHASIA ALLAH (lihat: Q.S. Al- Ahzab, ayat: 72) dan berusaha MENGENAL
DIRI DAN ASAL DIRI. Jikalau
manusia dapat mengenal diri dan asal diri, maka dengan itu pulalah ia dapat
mengenal Tuhan-nya. MAN
ARFA NAFSAHU FAQAD ARFA RABBAHU - Barang siapa mengenal dirinya, dia dapat
mengenal Tuhan-nya.
Yang
benar datang dari Allah dan yang keliru
- salah datang dari hamba. Semoga ALLAH DZAT LIDZ - DZATUL BUHTI selalu
memberikan petunjuk, melimpahkan karunia, rahmat, taufiq-hidayah dan ridha-Nya
kepada kita semua. LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA
BILLAAHIL ‘ALIYYIL ‘AZHIIM - Tidak ada
daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi
lagi Maha Agung.
Semoga kisah-kisah TRAGEDI KECELAKAAN SEJARAH
yang terjadi pada umat islam masa lalu tidak akan terulang kembali, dan menjadi
pelajaran berharga bagi umat islam masa sekarang maupun umat islam masa yang
akan datang.
Akhir
kata: Wasalaamun ‘alal mursaliin, wal hamdulillaahi rabbil ‘aalamiin.
Akhirul
kalam, Ihdinash Shiraathal Mustaqiim.
Wabillaahit
Taufiq Walhidayat Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu.
Borneo
Barat: Sintang, 17 Oktober 2011.
Catatan risalah (manuscripts) disusun oleh:
GUSTI SUMARMAN,
SH.
(Gusti Sumarman
Bin
Gusti Sirajudin Als. Jenal Bin Ade Abu Said Als. Ya’ Abu Said Bin
Abang Ali Als. Ya’ Ali Bin Ya’ Bujang Bin Nanang Mas’uludin
Als. Nanang Syamsuddin Bin Andin Muhammad Tudin Bin
Dipati Jaya Negara Kesultanan Banjar).
DAFTAR PUSTAKA
1. AL-QUR’AN DAN TERJEMAHAN; Cetakan ke 12; Penerbit Sinar Baru Algesindo; Bandung.
2. TERJEMAHAN DAN TAFSIR AL-QUR’AN; Penerbit Fa. Sumatra; Bandung.
3. AL-QUR’AN DAN TERJEMAHAN; Penerbit CV. Asy syifa’; Semarang.
4. ILMU FIQIH ISLAM LENGKAP; Penerbit PT. Karya Toha Putra; Semarang; 1978.
5. GUSTI SUMARMAN, SH; Allah Zakhir dan Bathin; Catatan
Naskah - Risalah (manuscripts); Naskah Tidak Diterbitkan; Sintang 17 Oktober 2011.
6. ABAH MASRANI (alih Bahasa); AL-IHWAN SERBA (4)
Catatan Naskah - Risalah (manuscripts) yang dikutip / disalin dari warisan peninggalan
Almarhum HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK AMBULUNG AL-BANJARIE, Kampung Ambulung
Kabupaten Martapura Banjarmasin Kalimantan Selatan; Naskah Tidak Diterbitkan; Banjarmasin 17 Januari 1975.
7. Catatan Naskah - Risalah (manuscripts) Silsilah Keluarga SYEKH HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK
ABULUNG dan Juriat keturunan dari saudara kandungnya yang
bernama DIPATI JAYA NEGARA (Kesultanan
Banjar); Naskah Tidak Diterbitkan. Catatan Naskah - Risalah (manuscripts) bertuliskan tulisan Arab gundul /
tulisan Arab-Melayu tersebut berusia sekitar 148
tahun, dan saat sekarang berada tersimpan di tangan diri
penyusun buku ini (Gusti Sumarman,SH).
8. Adullah fasyik (pengarang / penyusun); Abu
Bakar Dahlan (salinan / alih bahasa);
Catatan Naskah - Risalah (manuscripts) yang dikutip / disalin dari kitab ALI ARIF FADILLAH.
9. Syekh M. Nafis Bin Idris Al-Banjarie; K.H. Haderanie, H.N (alih bahasa);
Ilmu Ketuhanan PERMATA YANG INDAH (Ad-durrunnafis); Penerbit Nur Ilmu;
Surabaya; 1200 H.Ust. Labib Mz; RAHASIA ILMU TASHAWWUF; Penerbit Bintang Usaha
Jaya; Semarang; 2001.
10. N.N; Catatan Naskah -
Risalah (manuscripts); Naskah Tidak Diterbitkan.
11. N.N; Catatan Naskah -
Risalah (manuscripts); Naskah Tidak Diterbitkan.
12. N.N; Catatan Naskah -
Risalah (manuscripts); Naskah Tidak Diterbitkan.
13. N.N; Catatan Naskah -
Risalah (manuscripts); Naskah Tidak Diterbitkan.
14. K.H. Kholil Mustofa; KHASIAT ASMAUL HUSNA – SIFAT 20 DAN SHALAWAT;
Penerbit Agung Media Mulia; 2008.
15. Abu Khalid, M.A; Kunci Masuk Surga Dan Kenikmatannya; Penerbit Gali
Ilmu; Surabaya;
2004.
16. Ust. Labib Mz; PENCIPTAAN “NUR MUHAMMAD” SEBELUM KEJADIAN MAKHLUQ;
Penerbit Bintang Usaha Jaya; Surabaya.
17. K.H. Haderanie, H.N; ILMU KETUHANAN “MA’RIFAT –MUSYAHADAH -
MUKASYAFAH-MAHABBAH” 4M; Penerbit Nur Ilmu; Surabaya.
18. Ust. Labib Mz – Nur Lailah, S.Ag; 11 M MERAIH 9 M, MELEPAS 2 M LANGKAH
PASTI MENUJU MA’RIFATULLAH; Penerbit Bintang Usaha Jaya; Surabaya; 2003.
19. Buya Prof. DR. Syekh H.
Jalaluddin; Catatan Naskah - Risalah (manuscripts); Naskah
Tidak Diterbitkan.
20. DR.Mustafa Zahri; KUNCI MEMAHAMI ILMU TASAWUF; Penerbit PT. Bina Ilmu; Surabaya; 1998.
TAMBAHAN:
SEKILAS
ISLAM MASUK SINTANG.
Pada masa raja
Abang Pincin yang bergelar Pangeran
Agung (1600 – 1643), masuklah Peradaban Islam
ke negeri kerajaan Sintang berawal dari
kedatangan 2 (dua) Orang Asing, yaitu:
1. Dari
negeri kerajaan Banjar bernama Muhamad Saman (kemudian
diangkat menjadi Penghulu di Negeri Kerajaan Sintang).
Pada masa ketika itu kesultanan Banjar Sultan Mustain Billah bin Sultan
Hidayatullah I (1595-1638), dan
2. Dari
Serawak
bernama Enci’
Shomad. Pada masa ketika itu wilayah Serawak Malaysia Timur
masih di bawah kesultanan Brunei
- Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598-1659) membawa Peradaban Islam ke negeri kerajaan Sintang.
Baginda Sri Paduka Raja
Abang Pincin (Pangeran Agung)
ialah raja negeri Sintang yang pertama kali masuk Islam.
Setelah raja islam I negeri
kerajaan Sintang Abang Pencin (Pangeran Agung) wafat, maka
diangkatlah anaknya yang bernama Abang Tunggal
(Pangeran Tunggal) menjadi raja islam II negeri kerajaan Sintang 1643-1672
mengantikan ayahnya sebagai raja.
Kemudian keponakan dari raja
Abang Tunggal (pangeran Tunggal) yang bernama Abang Nata (Sultan Nata Muhamad
Syamsuddin Sa’adul Khairiwaddin) pada tahun 1672-1737 diangkat menjadi raja
islam III negeri kerajaan Sintang.
POTRET: “MASJID JAMI’ SULTAN NATA SINTANG”.
Lokasi: Di Jalan Dara Juanti, Sintang. Kampung Pulau
Perigi (kampong Keraton), Kelurahan Kapuas Kiri Hilir Sintang
KETERANGAN:
MASJID
JAMI’ SULTAN NATA SINTANG (BERUSIA SEKITAR 340 TAHUN) didirikan / dibangun pada masa pemerintahan Sultan Nata Muhamad
Syamsuddin Sa’adul Khairiwaddin (1672-1737).
Potret: 9 (sembilan) buah tiang pilar didalam ruangan
masjid Sultan Nata yang terbuat dari sembilan pohon kayu belian (ulin) yang
sudah berumur sekitar 340
tahun
yang dibawa oleh Mangku Negara Melik dari Embaloh [masuk wilayah Kabupaten
Kapuas Hulu sekarang] pada masa pemerintahan Sultan Nata Muhamad Syamsuddin
Sa’adul Khairiwaddin (1672- 1737 M).
POTRET: ISTANA KESULTANAN SINTANG
KETERANGAN:
Istana
Kesultanan Sintang ini di bangun pada masa pemerintahan Panembahan Ade Tuwan
Gusti Abdurrasyid Kesuma Negara I (1855-1889). Dibangun sekitar tahun 1887.
POTRET: “ISTANA KERAJAAN SINTANG”.
(Istana Al- Mukarramah, Ex. Musium Dara Juanti Sintang).
KETERANGAN:
Istana
Kesultanan Sintang tersebut diatas
dibangun pada masa Penembahan Raden Abdoel Bahri Danoe Perdana Al- Mukarram
Kesuma Negara IV. Dengan detail gambar bangunan (gambar bestak / rencana kerja,
bouw- heer) diterbitkan di Pontianak
oleh Pejabat Residen Westerafdeling van Borneo (Kalimantan Barat).
Tertanggal:
Pontianak, 06
Januari 1939.
JAMAN
PEMERINTAHAN RAJA-RAJA DI KERAJAAN SINTANG:
Mulai dari zaman sejarah peradaban yang bercorakan
Hindu Negeri Sintang ini pernah di Perintah secara berturut-turut oleh Raja -
Raja, antara lain:
1.
RAJA AJI [Raja Aji Melayu].
Dengan permaisuri Putung Kempat.
Keterangan: Karena belum ditemukan bukti baik prasasti maupun
benda purbakala dalam bentuk yang lain baik yang bertulisan huruf sangsekerta
maupun bertulisan hurup kawi dari peninggalan masa berkuasanya Raja Aji, maka
acuan perkiraan berkuasa Raja Aji yaitu sekitar tahun 1080 masehi atau
sekitar abad: XI.
2.
RATU DAYANG LENGKUNG
[bersuamikan Dipati Selatung Als. Patih Laung].
3.
RATU DAYANG RANDUNG
[bersuamikan Adipati Sebetung].
4.
ABANG PANJANG.
5.
DEMONG KARANG.
6.
DEMONG KARA.
7.
PATIH KARA.
8.
DEMONG MINYAK.
9.
SENTARI. .
10.
HASAN.
11.
DEMONG IRAWAN [Jubair I ].
12.
RATU DARA
JUANTI [bersuamikan Patih Legender Als.Patih Andun].
13.
ABANG SAMAD
[Jubair II].
14.
JUBAIR IRAWAN III.
15.
ABANG SURUH.
16.
ABANG TEMILANG.
17.
SULTAN ABANG PICIN (Pangeran
Agung) raja Negeri Sintang ke- 17 [tujuh belas], atau raja Islam Pertama [tahun
1600 Masehi – 1643 Masehi].
18.
SULTAN ABANG TUNGGAL (Pangeran
Tunggal) raja Negeri Sintang ke- 18 [delapan belas], atau raja Islam ke-
dua [tahun 1643 Masehi – 1672 Masehi].
19.
SULTAN ABANG NATA yang
bergelar “Sultan Nata Muhamad Syamsuddin Sa’adul Khairiwaddin Ibnu Mangku Negara Milik ialah raja Negeri Sintang
ke-19 [sembilan belas], atau raja Islam ke- tiga berkuasa [1083 H-1150 H] [1672
M-1737 M].
20.
SULTAN ADE ABDUL RAHMAN
Als. ABANG PIKAI bergelar Sultan Abdurrahman Muhamad Jalaluddin [Sultan Aman]
ialah Raja yang ke- 20 [dua puluh], atau raja Islam ke- empat yang berkuasa dan
bertugas dari tahun 1150 H -1200 H atau 1737 M-1785 M.
21.
SULTAN ADE ABDURRASYID yang
bergelar “ Sultan Abdurrasyid Muhamad Jamaluddin [Sultan Atjip]” ialah raja
Negeri Sintang ke-21 [dua puluh satu], atau raja Islam ke- lima yang bertugas
dari tahun 1200-1211 H / 1785 M-1796 M.
22.
SULTAN ADE MOHAMAD
NOEH yang bergelar : Pangeran Ratu Ahmad
Qamaruddin ialah raja Negeri Sintang ke-22 [dua puluh dua], atau raja Islam ke-
enam yang bertugas dari tahun 1211 H -1238 H atau 1796 M -1822 M.
23.
SULTAN ADE MUHAMMAD
YASIN Als. ABANG SINGKIL bergelar: Pangeran Ratu Adipati Mohamad Djamaloedin
ialah raja Negeri Sintang yang ke-23 [dua puluh tiga], atau raja Islam ke- tujuh yang bertugas dari
tahun 1238 H-1272 H atau 1822 M -1855 M.
24.
PENEMBAHAN ADE ABDURRASYID yang
dengan gelar: Panembahan Ade Tuwan Gusti Abdurrasyid Kesuma Negara I bertugas
dari tahun 1272 H s/d 1307 H atau 1855 M s/d 1889 M.
25.
PENEMBAHAN ABANG ISMAIL
yang dengan gelar: Panembahan Muda Pangeran Ratu Gusti Ismail Kesuma Negara II berugas [1037 H s/d 1323 H] [1889 M s/d 1905
M].
26.
PENEMBAHAN HAJI GUSTI
ADI ABDUL MADJID yang bergelar : Panembahan Haji Gusti Adi Abdul Madjid Kesuma
Negara III yang bertugas dari tahun 1323 H s/d 1332 H atau 1905 M s/d 1913 M.
27.
ADE MOHAMAD DJOEN Ibnu
Pangeran Temenggung Setia Agama Haji Gusti Muhamad Isya. [Wedana Penembahan
Sintang] masa tugas dari tahun 1913 M
s/d 1934 M.
28.
PENEMBAHAN RADEN ABDUL
BAHRI DANU PERDANA yang gelar Penembahan Raden Abdul Bahri Danu Perdana Al-
Mukarram Kesuma Negara IV yang tugas tahun 1356 H - 1363 H atau 1937 M - 1944
M.
29.
RADEN MUHAMMAD
SYAMSUDDIN Ibnu Raden Abdurrahman
Panji Negara [Wedana Panembahan Sintang] masa tugas dari bulan Juli 1946 M s/d
Desember 1946 M.
30.
SULTAN KESUMA
NEGARA V [PANGERAN RATU SRI NEGARA HAJI
RADEN MUHAMMAD IKHSAN PERDANA] yang dinobatkan sebagai Sultan Sintang pada hari
Sabtu, 22 Juli 2006.
TAMBAHAN.
CIRI-CIRI
DATANG SAKARATUL MAUT:
Versi yang dikutip dari kitab warisan
peninggalan SYEKH HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG,
Martapura, Banjar Kalimantan Selatan menerangkan, pada menyatakan
gerak yang sempurna tatkala Insan pulang ke Rahmahtullah, Maka Haq
Subhaanallaahu wa Ta’ala yang maha mulia memberikan gerak pada segala Ambiya
dan Arifubillah berupa beberapa tanda, yaitu:
- Dari ujung Sulbi hinga naik ke atas kepala seperti ditusuk-tusuk dengan jarum rasanya sakit, terus bersembunyi pada telinga Kanan dan Kiri. Itulah tanda Malaikan Jibril. Maka kita 40 hari lagi akan tinggal di dunia ini.
- Akan keluar dari mata kita suatu cahaya dan didalamnya ada seorang yang berpakaian Hijau, maka kita menyebut HAQ HAQ. Maka kita 7 hari lagi tinggal di dunia.
- Akan keluar cahaya yang sangat putih dan didalamnya ada se-seorang seperti Ambiya baunya sangat harum seperti Ambar Kasturi. Maka ia mengucapkan akulah Nur Muhammad. Itulah tanda dari pada ialah agar kita dapat berpesan kepada sekalian anak cucu. Ini berarti kita tinggal 3 hari lagi hidup di dunia.
- Tatkala kita sudah hampir mati, maka Tajalilah Nur Zat Allah Ta’ala yang tiada terhinga cahayanya dan penuhlah sekalian alam. Berserta Firman Allah: Bertetaplah engkau pada saat ini pulang ke Rahmahtullah yang amat ni’mat seperti engkau hendak tidur.
Versi
yang dikutif dari kitab “ALI ARIF FADILLAH” karangan Abdullah Fasyik tanda-tanda untuk
kembali / ciri-ciri datangnya Sakaratul Maut, yaitu:
1.
Pada
40
hari
lagi akan pulang ke Rahmahtullah terdapat tanda-tanda: Pada tulang Sulbi
[tulang ekor] terasa sebagai ada tusukan - tusukan Jarum dan kemudian tusukan-tusukan
ini terasa juga di ubun-ubun.
2.
Dalam
masa 40 hari ini kita akan melihat diri ini yang sebenarnya dengan mata kepala,
lihatlah kepada kakinya. Kapan dia berbalik membelakangi kita, dan berjalan,
maka hitunglah ada berapa langkah sehingga ia menghilang. Setiap langkah 24 Jam.
Misalnya, 3 langkah terus menghilang maka berarti umur kita cuma 3 hari lagi.
Sudah dapat kita hitung hari apa, jam berapa, menit berapa.
3.
Setelah
hampir
tiba waktunya untuk kembali, maka dengan mata kepala akan terlihat kehadiran yang
menyerupai diri tapi bukan diri, melainkan Iblis. Tandanya dia Iblis adalah
dari Mulut-nya keluar Api, dari Matanya keluar Api. Diajaknya kita
mengikuti dia, bisa pula dicobanya dengan memberikan Air kepada kita untuk di
Minum. Tapi ingat Jangan ikut dia. Auzubillahi Minassyaitannirajim (Berlindung
Aku kepada Allah, dari Syaitan yang kena rajam).
4.
Kemudian
datang lagi diri yang sebenarnya. Pada kedatangan yang ke- dua kalinya ini maka
bersiap-siaplah kita kuncilah diri,
yaitu dalam keadaan fana/ jalan mati yang terachir.
5.
Gaib
diri yang sebenarnya, maka datanglah hamparan dari sorga dengan pujian pelebur
(ALIF HA) naiklah dengan sentosa dan
kesukaan ke atas hamparan tadi.
Dzikir
rahasia (Alif Ha) ialah dzikir pelebur yang
sebenar-benarnya puji
yang dikeluarkan pada waktu melepaskan Nyawa. Maka berjalanlah roh pindah dari
sangkar yang kecil (tubuh kasar) kedalam sangkar yang maha luas. Tidak lagi roh
terkekang oleh tubuh kasar sebagaiman masih hidup di dunia.
AL-QUR’AN, S. Al- Fajr, Ayat: 27-28.
YA
AYYATUHAN – NAFSUL MUTMA’INNAH.
Artinya: Wahai jiwa
(roh) yang tenang (suci).
IRJI’L
ILA RABBIKI RADIYATAM MARDIYYAH.
Artinya: Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya.
AL-QUR’AN, S. AL-BAQARAH, AYAT: 156.
INNAA LILLAAHI WA INNA ILAIHI
RAAJI’UUN.
Artinya:
Kita berasal dari Allah, kembali kepada Allah.
Sesunguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali
[kalimat “ISTIRJA”: pernyataan kembali
kepada Allah].
Se-seorang yang berilmu jika kita
melihat ketika Ia akan mati, maka sehabis bersalam-salaman, Ia menyuruh kita
maupun orang-orang lain menyingkir. Sebab
Ia hendak berjalan. Tampak oleh
kita Ia memejamkan mata-nya, tanpa
diambil oleh malaikat maut.
Pada
menyatakan tatkala Alif akan jadi diri kita di dalam ghaib Allah, karena Alif
itu permulaan dan kesudahan. Dan Alif itu tanapas ialah sifat hayyun (sifat
Allah). Maka barang siapa bertubuh Alif orang itu Aulia Allah tiada binasa
sampai hari kiamat dan tiada mati dan tatkala pulang ke-ramahtullah. Tubuh kita
Alif jua. Dan di waktu subuh, pagi, siang, sore, malam dan ketika hendak tidur ingat Allah
karena tidur saudara mati (rasa mati di dalam hidup).
Kita
boleh mengingat mati, betapa jeleknya
manusia yang tidak ingat akan mati. Berkata ahli tashawwuf: “Mati ialah alamat
cinta sejati”.
AL- QUR’AN, S. ALI IMRAN, AYAT: 169 – 171.
WA LAA TAHSHABAN-NAL-LADZIINA
QUTILLU FII SABIILIL LAAHI AMWAATAA, BAL AHYAA UN ‘INDA RABBIHIM YURZAQUUN.
Artinya: Dan jangan sekali-kali kamu mengira orang-orang
yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup, di sisi
Tuhannya mendapat rezeki (Q.S. Ali Imran, ayat: 169).
(hidup dalam alam
yang lain yang bukan alam kita ini. Mereka mendapatkan berbagai kenikmatan
disisi Allah. Dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup
di alam lain itu).
FIRMAN
ALLAH.
WA
HUWA LAYAMITU WALAKIN YAN TAKILLA MIN DARI LADDAR.
Artinya: Orang yang
mu’min itu tiada ia mati, dan tetapi orang yang berpindah dari satu negeri ke
negeri lain.
Maknanya: Harus di akui juga
bahwa sesungguhnya Mati
itu tidak ada.
YAU
MATU BADALU ARDI.
Artinya: Pada satu hari itu juga diganti
dengan hari yang lain.
AL-QUR’AN, S. AZ- ZARIYAT, AYAT: 56.
WA MA KHALAQTUL-JINNA WAL- INSA ILLA
LIYA’BUDUN.
Artinya: Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan
agar mereka beribadah kepada- Ku.
AL- QUR’AN, S. AL-AN’AAM, AYAT: 162.
QUL INNA SHALAATII WA NUSUKII
WAMAHYAAYA WA MAMAATII LILLAAHI RABBIL-AALAMIIN.
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.
AL- QUR’AN, S. 33, AL-AHZAB, AYAT:
56.
IN-NA LAAHA WA MALAA-IKATAHUU
YUSHAL-LUUNA ‘ALAN NABIY-Y. YAA AY-YUHAL-LADZIINA AAMANUU SHA-LUU ‘ALAIHI WA
SALLIMUU TASLIIMAA.
Artinya: Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya
memberi Shalawat kepada Nabi Muhammad. Hai, orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuknya dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan.
AL- QUR’AN, S. AL-AN’AAM, AYAT: 52.
WA LAA TATHRUDIL-LADZIINA YAD’UUNA RABBAHUM
BIL-GADAATI WAL’AASYIYYI YURIIDUUNA WAJHAH, MAA ‘ALAIKA MIN HISAABIHIM MIN
SYA’IW WA MAA MIN HISAABIKA ‘ALAIHIM MIN SYAI’IN FA TATHUDAHUM FA TAKUNA
MINAZH-ZHAA’LIMIN.
Artinya: Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru
Tuhan-nya di pagi dan petang hari, mereka mengharapkan keridhaan-Nya. Engkau
tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan mereka
tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan-mu, yang menyebabkan
engkau (berhak) mengusir mereka, sehingga engkau termasuk orang-orang yang
zalim.
AL- QUR’AN, S. AL-AN’AAM, AYAT: 164.
Yang Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Apakah (patut) aku
mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia-lah Tuhan bagi segala sesuatu. Setiap
perbuatan dosa seseorang, dirinya sendiri yang bertangung jawab. Dan seseorang
tidak akan memikul beban dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhan-mulah kamu
kembali, dan akan diberitahukan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu
perselisihkan.
FIRMAN ALLAH, S. ALI IMRAN, AYAT: 19
INNAD DIINA ‘INDALLAAHIL ISLAAM,
Artinya: Sesunguhnya agama yang diridhoi pada sisi Allah SWT
ialah Islam.
AL-QUR’AN,
S. MUHAMMAD, AYAT: 7.
YAA
AYYUHALLADZIINA AAMANUU IN TANTSURULLAAHA YANTSURKUM WA YUSABBIT AQDAAMAKUM.
Artinya: Wahai orang-orang yang
beriman ! jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu.
AL-QUR’AN, S.
AL- AN ‘AAM
WA MAL-HAYAATUD-DUN-YAA ILLAA LA’IBUW WA LAHW, WA
LAD-DAARUL-AAKHIRATU KHAIRUL LILLADZIINA YATTAQUUN, A FA LAA TA’QILUUN.
Artinya: Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan
senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang
yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti.
AL-QUR’AN,
S. ALI- IMRAN, AYAT: 109.
WA
LILLAHI MA FIS – SAMAWATI WA MA FIL-ARD,
WA ILALLAHI TURJA’UL-UMUR.
Artinya: Dan milik Allah-lah apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan hanya kepada Allah segala
urusan dikembalikan.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
WASSALAM,
GUSTI SUMARMAN, SH.
(SINTANG).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar